Artikel

Sejarah Desa

17 Mei 2025 22:30:04  Administrator  53 Kali Dibaca 
  1.  Asal Mula Nama “ CIRANJENG “

Ciranjeng berasal dari kata Ci dan Ranjeng artinya Cai (Sunda) Artinya air, Ranjeng Artinya kokocoran (Sunda), artinya  mengalir. Jadi Ciranjeng atinya Airyang mengalir ketempat tertentu.

Dikatakan demikian karena konon menurut cerita rakyat sawah talaga dulunya merupakan telaga/situ, yang airya melalui cingambul. Dikatakan Cingambul karena airnya ngambul kesana yaitu kearah selatan ke daerah sadapainganCiamis.

Melihat keadaan demikian, Dalem Singawadana keturunan Dalem Talaga yang berkuasa di Ciranjeng, mohon bantuan kepada eyang jaga dan kepada eyang nalandaka, yang dating dari daerah jawa Cirebon, untuk mengatasi kejadian tersebut , Eyang jaga mendapat tugas menjaga air telaga jangan sampai mengalir ke sebelah selatan, karena dapat membahayakan dan dibantu oleh kyai Dinding Bilik dari cingambul dengan cara dipagar seperti dinding dari bilik/ bambu yang dianyam. Sedangkan Eyang Nalandaka mendapat tugas mengalirkan air telaga itu kesebelah barat laut, dengan cara ngalandak /mengalirkan kedaerah campaga talaga.

Ketika itu dalem singawadana memantau pekerjaan Eyang Jaga yang dibantu olek Kyai Dinding bilik dan Eyang Nalandaka di sebuah gunung sebelah timur laut Ciranjeng, beliau berjalan menuju kearahh timur yaitu untuk terus kembali ke Ciranjeng menelurusuri Arah timur. Disana beliau berkata bahwa beliau hanyalah Darma Usaha. Tuhanlah yang menentukan segalanya.

Dari kejadian diatas, gunung tempat dalem singawadana memantau (Nenjo; Sunda) disebut Gunung Panenjoandan tempat beliau berkata “Darma” Usaha disebut darma.

Setelah telaga itu surut airnya, ikan udang yang ada dipinggir cingambul sebelah selatan dijaring disuatu tempat dan tempat itu disebut Cijaring. Lalu udang itu menggelepar – gelepar elornya memukul –mukul Lumpur disana, sehingga menyebabkan tempat disana menjadi ledug, maka dinamakan tempat itu ciledug, sebuah kampong di desa cingambul. Adapun disebelah barat cingambul ada tanah yang agak munggung dan ada sebuah kuta yang munggung, maka tempat itu dinamakan cimanggu. Sedangkan tempat yang dijaga oleh Eyang Jaga yaitu tempat mengalirnya air kesebelah selatan yang dalam bahasa sunda disebut cai ranjeng, maka dinamakan CIRANJENG.

  1. Berdirinya Desa Ciranjeng 

Demang Singawadana ( +1618 – 1648 ) Adalah adik Demang talaga yang diutus mendirikan dan memerintah di Ciranjeng, kepada rakyatnya yang sedang bubuara (sunda) di Ciranjeng memelihara tanah bagian dari Talaga seluas 96 Ha ( 120 bau).

Penduduk Ciranjeng tersebut lambat sekali perkembangannya, sehingga tanah seluas itu tidak dipelihara dan akhirnya diambil lagi setengahnya sementara oelh pemerintah pusat talaga dan surat tanah tersebut dititipkan di Cimanggu dan terbaka, dengan demikian tanah sawah yang tersisa tinggal 48 Ha (60 bau)

Adaapun eyang Jaga dan eyang Nalandaka, berasal dari suku Jawa Cirebon. Mereka membawa tongkat bamboo haur, tongkat itu mereka tancapkan disebuah tempat sebelah timur Ciranjen, ketika kedua sahabat tersebut wapat, maka mereka dimakamkan ditempat menancapkan tongkat haur tesebut da tongkat haur itu tumbuh melingkari pemakaman mereka, yang sampai sekarang terdapat makam keramat Eyang Jaga dan Eyang Nalandaka. Sedangkan Eyang Siingawadana wafat + tahun 1648 dan dimakamkan terpisah disebelah utara   300 M dari makam Eyang Jaga dan Eyang Nalandaka.

Sepeninggal Eyang Singawadana pemerintah dipegang oleh sang Kuwu Sang (+ 1648 – 1678 ), Pada suatu saat beliau pergi niis ke suatu tempat, sindang hurip dan wafat disana  pada tahun + 1678, sehingga tempat tersebut dinamakan sindang hurip maniis.

Keturunannya menyebar ke Cingambul, Cimanggu, Wangkelang, Nagarakembang,. Nagarakembang dinamakan demikian karena direncanakan pada waktu itu akan dijadikan pusat pemerintahan (Negara), dan pasarnya direncanakan di malongpong yang dinamakan pasar sukawera.

  1. PEMERINTAHAN DESA CIRANJENG DARI MASA KE MASA
  2. Eyang Singawadana (1618 – 1648 )

Eyang Singawadana memerintah Desa Ciranjeng dari + 1618 – 1648 beliau dibantu oleh Eyang Jaga dan Eyang Nalandaka.

Eyang Singawadana seperti telah dikemukakan diatas adalah eturunan Dalem talaga. Beliau mendaptat tugas memimpin rakyatnya yang ada di Ciranjeng yang sedang “bubuara” itu. Keturunan Eyang Jaga dan Eyang Nalandaka menyebar ke Cingambul,Cimanggu, Wangkelang dan Nagarakembang, penduduk desa-desa tersebut sampai dengan akhir tahun 1960 an bahkan sampai kini, jika kenduri atau akan panen raya suka dating jiarah ke makam eyang singawadana, eyang jaga dan eyang nalandaka, karena mereka mengakui bahwa itu adalah leluhur mereka.

Dengan keterang diatas bahwa Eyang Singawadana adalah yang pertama kali memerintah dan berkuasa di Desa Ciranjeng, jadi Desa Ciranjeng didirikan oleh Eyang Singawadana pada tahun + 1618 dan beliau wafat pada tahun + 1648 dan menurut cerita rakyat sewaktu beliau menjelma sebagai singa untuk menjaga desa Ciranjengdari gangguan orang orang jahil.

  1. Sang Kuwu Sang

Sang Kuwu Sang masih keturunan Eyang Singawadana. Sang Kuwu Sang ketika pergi “niis” ke sindang hurip Maniis, wafat disana dan dimakam kan disana. Sejak Sang Kuwu Sang wafat 1678,pemerintahan diteruskan oleh anak cucu Sang Kuwu Sang sampai dengan tahun 1878 M

  1. Karti (1878 – 1898 )

Karti menjabat Kepala Desa ( Kuwu ) Desa Ciranjeng mulai Tahun 1878 – 1898 keturunannya adalah ilem, dalam pemerintahannya dibntu oleh Arbangin.

  1. Tiah (+1898 – 1913 )

Tiah menjabat Kepala desa Ciranjeng mulai 1898 – 1913, keturunannya adalaj Ny. Kaban

  1. Tia Kria Marga (+1913 – 1922 )

Tia Kria Marga adalah ayah Rupai MUsa dan sekaligus anaknya tersebut sebagai pembantu dalam menjalankan pemerintahannya.

  1. Rupai Musa (+1922 – 1939 )

Rupai Musa dalam menjalankan roda pemerintahannya dibantu oleh :

  • Juru tulis : Kartaatmaja.
  • Raksa bumi             : Kaban
  • Kulisi                        : Muarip
  • Lebe : Sukiah lalu Simon.

Pada tahun 1924 kedatangan Ir Sukarno ( sebelum menjadi Presiden RI ) dan bermalam dirumahnya. Pada masa pemerintahannya ada kebiassaan setiap tahun menjelang idul fitri, semua masyarakatikut memanen ikan di kolam nunuk secara bebas. Pada tahun 1950 beliau pergike tanah suci Mekah melaksanakan rukun islam yang kelima dan bergelar H Makbuloh.

  1. Kartaatmaja (+1939 – 1964 )

Pada masa pemerintahan Rupai Musa ( H Makbuloh ), Kertaamaja menjabat sebagai Juru tulis, sejak + 1914 – 1939, Kertaamaja menjabat sebagai Kepala Desa dibantu oleh aparat desa ( Pamong Desa ) :

  • Juru Tulis  : Sukail
  • Raksabumi  : Kaban, Aminta Kohar, Sukrawi, Sujana, Abhari, Sanukri, Suhanta, Ojo Atmaja. ( Secara Bergantian )
  • Kulisi  :  Mudjasir, Madarip, Adriya.
  • Lebe  :  H Ibrohim, Edoh Munasim

Kartaatmaja sangat lincah dalam menjalankan roda pemerintahannya. Pada saat itu  keadaaan sangat mebingungkan, musuh dating dari dalam dan lua, Belanda Kembali ingin menguasai Indonesia, DI / TII memberontak dan mengganggu keamanan rakyat. TNI selain menghadapi belanda juga menghadapi DI / TII. Akan tetapi Kertaatmaja dapat menghadapinya degan penuh tanggung jawa. Dikirimnya OPR ( Organisasi Pertahanan Rakyat untuk membantu TNI ke Gunung aci Kuningan dalam operasi menumpas gorombolan DI / TII di daerah sana. Pasukan pagar betis dari rakyat juga dikirim ke gunung ciremai membantu TNI disana dalam menumpas Gerombolan DI / TII. Akhirnya pada tahun 1962 DI / TII menyerah dan setelah aman Kertaatmaja meletakkan jabatannya karena sakit ( 1964 ) da beliau wafat pada tahun 1968.

  1. S. Wijaya ( 1964 – 1968 )

Pada masa Pemerintahannya S. Wijaya dibantu oleh :

  • Juru tulis         : Sukail
  • Raksabumi : Ojo Atmaja
  • Kulisi              : Adriya
  • Lebe                : Edoh Munasim

Pada tahun 1965 membuat lapang SD, pada tahun 1968 ia meletakan jabatanya, ia berkuasa hanya 4 tahun.

  1. Ojo Atmaja ( 1968 – 1969 )

Ojo Atmaja putra Kartaatmaja memegang tampuk pemerintahan  sebagai PJS Kepala Desa, mengisi kekosongan selama 1 ( satu ) Tahun.

  1. Sudirja ( 1969 – 1975 )

Dalam masa pemerintahannya Beliau dibantu oleh :

  • Juru Tulis  :  Sukail, Atma, Munhadi, Surdi.
  • Raksabumi  :  Iho Juhari
  • Kulisi          :  Saein
  • Lebe  :  Rosidin

Dalam menjalankan pemerintahannya ala militer, tegas, ketat, disiplin, beliau adalah purnawirawan ABRI. Dalam membangun sangat tegas. Pohon suryan yang dianggap keramatpada saat itu dibongkar, kayunyadijadikan bahan membangun. Ia sangat menghargai para pendukungnya. Pangarem-ngarem tanah bengkok dihapusnya, sehingga bengkok pamong desa tetap utuh. Pada tahun 1975 beliau mengundurkan diri dari jabatannya.

  1. Munhadi ( 1975 – 1982 )

Yang membantu dalam masa pemerintahannya adalah :

  • - Juru Tulis  :  S.Surdi
  • - Raksa Bumi   :  Danumaya
  • - Kulisi          :  Subai
  • - Lebe   :  Rosidin, Epor sumarna

Munhadi berhenti dari jabatannya tahun 1982

  1. S.Surdi ( 1982 – 1987 )

Beliau menjabat PJS Kepala Desa + 5 Tahun. Selama itu beliau menyumbangkan upah bengkoknya seluas 1 bau untuk pembangunan desa. Pada tahun 1986 beliau jatuh sakit dan wafat di RS Tentara Cirebon tahun 1987.

  1. Suba`i ( 1987 – 1988 )

Beliau sebagai PJS Kepala Desa mengisi kekosongan selama + 1 tahun. Jabatan pokok nya adalah Kulisi Desa.

  1. D. Damini ( 1988 – 1998 )

Pada tahun 1988 beliau terpilih sebagai Kepala Desa. Pada tanggal 10 Oktober 1988 dilantik sebagai Kepala Desa. Aparat Pemerintahannya :

  • -  Sekretaris Desa           :  Danumaya
  • -  Kaur pemerintahan       :  Ahdi Sudarisman
  • -  Kaur Umum                :  Omon
  • -  Kaur Kesra                  :  Munhadi

Pembangunan diselesaikan :

  1. Pengaspalan Jalan Desa
  2. Rehab total  Masjid jami
  3. Musolla
  4. Listrik masuk Desa
  5. Rehab SD
  6. pembuatan Pompa sumur Dalem
  7. Gada – Gada
  1. Djuhari (1988 – 1998 )

Dalam masa pemerintahannya dibantu Oleh:

  • SekretarisDesa                          :  Danumaya
  • Kaur Pemerintahan     :  E Sudarja, Aan Herdiana
  • Kaur Umum                :  Omon
  • Kaur Kesra                  :  Munhadi

Pembangunan yang diselesaikan :

  1. Pembuatan jalan baru Lulurung – Sawah tengah
  2. Plur jalan gang
  3. PDAM
  4. Pembangunan TK
  5. Pembangunan musholla Alfalah
  6. pembuatan MCK Di blok Cibungur
  7. Penanaman pohon jati di lahan astana
  8. Pembuatan 2 sumur pantek.
  1. Toto Mustopa ( 1998 – Sekarang )

Pada bulan Juli 1998 beliau terpilih sebagai calon Kepala Desa Ciranjeng, yang mana sebelumnya menjabat sebagai Ketua Badan Permusyawaratan Desa Ciranjeng ( BPD masa bhakti 1997 – 2013 ) dan Dilantik menjadi Kepala Desa Ciranjeng Pada Bulan Oktober 1998.

Dalam Pemerintahannya beliau mengangkat perangkat desa sebagai berikut :

  • Sekretaris Desa           :  Danu maya
  • Kaur Pemerintahan     :  Aan Herdiana
  • Kaur umum                   :  Dina Suharta
  • Kaur Kesra                  :  Tata Winarta
  • Kadus Sindangkasih     :  Nurdin
  • Kadus Mulyasari         :  Dedi Miskadi

Program Kerja yang telah dilaksanakan adalah :

  1. Rehab Gedung Madrasah 3 Lokal
  2. Perkerasan Jalan menuju  Sawah Cibodas
  3. Pelaksanaan Klantingan tanah
  4. Pembangunan senderan irigasi sawah tengah
  5. Pengecoran / Rabat beton jl Sekolah SD
  6. Rehab Bangunan SD Ciranjeng 3 Lokal
  7. Pembukaan Pesantren Tahfiz Qur`an
  8. Pengecoran / Rabat beton Jl Desa Ciranjeng
  9. Pengecoran / Rabat Beton Jl Lulurung Blok Sindangkasih  s/d jl propisi Blok Mulyasari ( Lingkar Utara )
  10. Pembuatan Rest Area Pakuwon

 

Kirim Komentar


Nama
No. Hp
E-mail
Isi Pesan
  CAPTCHA Image  
 

 Peta Desa

 Statistik

 Agenda

 Sinergi Program

 Aparatur Desa

 Media Sosial

 Peta Lokasi Kantor


Kantor Desa
Alamat : Jalan Desa Nomor 1 BLOK MULYASARI RT 008 RW 002
Desa : Ciranjeng
Kecamatan : Cingambul
Kabupaten : Majalengka
Kodepos : 45467
Telepon : 081326988990
Email : desaciranjeng@gmail.com

 Statistik Pengunjung

  • Hari ini:49
    Kemarin:27
    Total Pengunjung:1.194
    Sistem Operasi:Unknown Platform
    IP Address:216.73.216.1
    Browser:Mozilla 5.0